Tahap Perkembangan Anak Prasekolah
- oleh dinsos@kulonprogokab.go.id
- 20 November 2023 10:15:36
- 96 views

Tahapan Perkembangan Anak Prasekolah
Oleh: Bisri Mustofa, S.Sos, M.IP
Penyuluh Sosial Muda pada Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta
Perkembangan Jasmani
Pada saat anak mencapai tahapan prasekolah (3-6 tahun) ada ciri yang jelas berbeda antara anak usia bayi dan anak prasekolah. Perbedaannya terletak dalam penampilan, proporsi tubuh, berat, panjang badan dan keterampilan yang mereka miliki. Contohnya, pada anak prasekolah telah tampak otot-otot tubuh yang berkembang dan memungkinkan bagi mereka melakukan berbagai keterampilan.
Dengan bertambahnya usia, perbandingan antarbagian tubuh, akan berubah. Dengan bertambahnya usia, letak grativitas makin berada di bawah tubuh; dengan demikian bagi anak yang makin berkembang usianya, keseimbangan tersebut ada di tungkai bagian bawah.
Gerakan anak prasekolah lebih terkendali, dan terorganisasi dalam pola-pola, seperti, menegakkan tubuh dalam posisi berdiri, tangan dapat terjuntai secara santai, dan mampu melangkahkan kaki dengan menggerakkan tungkai dan kaki. Terbentuknya pola-pola tingkah laku ini, memungkinkan anak untuk berespons dalam berbagai situasi.
Ketika anak usia bayi ingin meraih bola yang ada di depannya, ia harus merayap, merangkak ataupun berjalan tetapi masih tertatih-tatih. Tetapi, apabila anak usia prasekolah akan mengambil bola tersebut, anak dapat mendekatinya dengan berjalan atau lari.
Perkembangan lain yang terjadi pada anak prasekolah, umumnya ialah jumlah gigi yang tumbuh mencapai 20 buah. Gigi susu akan tanggal pada akhir masa prasekolah. Gigi yang permanen tidak akan tumbuh sebelum anak berusia 6 tahun. Otot dan sistem tulang akan terus berkembang sejalan dengan usia mereka. Kepala dan otak mereka telah mencapai ukuran orang dewasa pada saat anak mencapai usia prasekolah. Jaringan syaraf mereka juga berkembang sesuai pertumbuhan otak dan mereka akan mampu mengembangkan berbagai gerakan mengendalikannya dengan lebih baik.
Melalui pengamatan perkembangan jasmani, pertumbuhan bersifat cephalo-caudal (mulai dari kepala menuju bagian tulang ekor) dan proximo-distal (mulai dari bagian tengah ke arah tepi tubuh). Gerakan otot kasar lebih dahulu berkembang sebelum gerakan otot halus. Pengendalian otot kepala dan lengan lebih dahulu berkembang dari pengendalian otot kaki. Demikian pula, anak-anak lebih dahulu mampu mengendalikan otot lengan dan baru kemudian otot tangan yang akan dipergunakan untuk menulis dan memotong dengan gunting.
Kecepatan perkembangan jasmani dipengaruhi oleh gizi, kesehatan dan lingkungan fisik lain misalnya tersedianya alat permainan serta kesempatan yang diberikan kepada anak untuk melatih berbagai gerakan. Pada usia tiga tahun, umumnya anak dapat berjalan mengikuti garis yang lurus. Pada usia empat tahun anak dapat berjalan mengikuti garis yang berbentuk lingkaran. Setelah berusia lima tahun. mereka mampu lari kuat kencang dengan gaya seperti orang dewasa. Umumnya pada usia 3 tahun anak mampu melakukan gerakan melempar tanpa kehilangan keseimbangan. Pada usia lima tahun mereka meloncat dengan mempertahankan keseimbangannya. Perkembangan keterampilan cepat berkembang melalui latihan bermain yang bersifat fisik melalui kegiatan melompat, memanjat, lari, dan mengendarai sepeda roda tiga.
Keterampilan motorik kasar dan halus sangat pesat kemajuannya pada tahapan anak prasekolah. Keterampilan motorik kasar adalah koordinasi sebagian besar otot tubuh misalnya melompat, main jungkat jungkit, dan berlari. Keterampilan motorik halus adalah koordinasi bagian kecil dari tubuh, terutama tangan. Keterampilan motorik halus misalnya, kegiatan membalik halaman buku, menggunakan gunting dan menggabungkan kepingan apabila bermain puzzle.
Pada waktu anak berusia 3 tahun umumnya mereka sudah mampu berjalan mundur, berjalan di atas jari kaki (berjinjit) dan lari. Mereka mampu melempar bola dan menerima bola dengan kedua tangan yang diluruskan ke depan. Mereka telah mampu mengendarai sepeda roda tiga. Keterampilan memegang pensil dengan jari tangan telah dikuasi, bukan dengan cara menggenggam pensil. Pada usia 3-4 tahun, anak mulai mampu mengenal lingkaran, segi empat, segi tiga dan mencontoh berbagai bentuk.
Pada usia antara 4-5 tahun, biasanya mereka sudah mampu membuat gambar, gambar orang. Bentuk gambar orang biasanya ditunjukkan dengan lingkaran yang besar, yaitu kepala dan ditambahkan bulat kecil sebagai mata, hidung, mulut, dan telinga. Kemudian ditarik garis-garis dengan maksud menggambar badan, kaki dan tangan. Rhoda Kellogg (2010) telah mengumpulkan gambar dari satu juta anak, separonya dari anak yang berusia di bawah 6 tahun. Pada usia 2 tahun anak sudah mampu melakukan coretan-coretan yang disebut Scribble. Kellogg dapat membedakan 20 macam bentuk scribble yang arahnya vertikal, dan garis-garis yang menyilang. Pada usia dua tahun, anak belum dapat menguasai gerakan tangan secara halus. Anak yang berusia 3 tahun sudah mulai menunjukkan kemampuannya membuat suatu bentuk, misalnya: lingkaran, segi-3, segi-4, dan garis silang; pada saat ini anak telah mencapai tahap bentuk. Selanjutnya mereka sampai pada tahapan desain, mereka mampu menggabungkan dua bentuk dasar menjadi pola yang lebih kompleks. Tahap gambar, menurut teori Kellogg adalah periode perkembangan artistik, yang biasanya dicapai pada waktu anak berusia 4 atau 5 tahun, di mana gambar yang dibuat anak sifatnya tidak lagi abstrak tetapi lebih menunjukkan apa yang ada di sekitarnya.
Pada usia 4 tahun anak-anak telah memiliki keterampilan yang lebih baik, mereka mampu melambungkan bola, melompat dengan satu kaki, telah mampu menaiki tangga dengan kaki yang berganti-ganti. Sedangkan beberapa anak yang telah berusia 5 tahun telah mampu melompat dengan mengangkat dua kaki sekaligus dan belajar melompat tali. Pada usia 6 tahun diharapkan anak sudah mampu melempar dengan tujuan yang tepat dan mampu mengendarai sepeda roda dua. Anak laki dan anak perempuan dapat lari sama kencangnya dan keduanya sama-sama mampu melempar dengan sasaran yang tepat.
Perkembangan Kognitif
Kognitif seringkali diartikan sebagal kecerdasan atau berpikir. Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Perkembangan kognitif menunjukkan perkembangan dari cara anak berpikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan berbagai cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat dipergunakan sebagai tolok ukur pertumbuhan kecerdasan.
Perkembangan kognitif pada anak-anak dijelaskan dengan berbagai teori dengan berbagai peristilahan. Pandangan aliran tingkah laku berpendapat bahwa pertumbuhan kecerdasan melalui terhimpunnya informasi yang makin bertambah. Sedangkan aliran interactionist atau developmentalis, berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari interaksi anak dengan lingkungan anak. Selanjutnya dikemukakan bahwa perkembangan kecerdasan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan pengalaman. Perkembangan kognitif dinyatakan dengan pertumbuhan kemampuan merancang, mengingat dan mencari penyelesaian masalah yang dihadapi.
Piaget (2017) menjelaskan perkembangan kognitif terdiri dari empat tahapan perkembangan yaitu tahapan sensorimotor, tahapan praoperasional, tahapan kongkret operasional dan formal operasional. Tahapan-tahapan tersebut berkaitan dengan pertumbuhan kematangan dan pengalaman anak. Walaupun pada umumnya usia anak prasekolah dikaitan dengan tahapan perkembangan dari Piaget, yakni tahap sensorimotor (0-2 tahun), tahap praoperasional (2-7 tahun), kecepatan perkembangan anak bersifat pribadi, tidak selalu sama untuk masing-masing anak.
Pada anak yang berusia antara 0 - 2 tahun mulai lebih mampu membedakan hal-hal yang diamati. Para peneliti menjumpai bahwa pada anak usia bayi telah menunjukkan adanya derajat kesadaran pengindraan (melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecepan) yang tinggi. Perkembangan kognitif anak prasekolah termasuk dalam pertengahan tahapan dari Piaget, yaitu tahapan praoperasional adalah fungsi simbolik. Dalam periode sensorimotor anak-anak belajar melalui indra dan tindakannya. Meskipun telah sampai akhir dari tahapan sensorimotor, yaitu sub tahapan yang keenam, mereka tetap ‘belajar melalui tindakan’, belum berhenti.
Setelah masuk pada tahapan praoperasional anak-anak mulai dapat belajar dengan menggunakan pemikirannya, tahapan bantuan kehadiran sesuatu di lingkungannya, anak mampu mengingat kembali simbol-simbol dan membayangkan benda yang tidak tampak secara fisik.
Apabila tidak ada isyarat yang sifatnya sensoris, Piaget menganggap, pasti ada kondisi mental, ‘simbol” atau ‘sign’. Contoh ‘simbol’ yaitu: secangkir kopi panas, akan meliputi sensasi dari panasnya kopi dan aroma kopi. Apabila ‘sign’ sifatnya lebih abstrak. ‘Sign’ dapat berupa kata atau angka, dan tidak diperlukan adanya sensasi apa pun.
Perkembangan Bahasa
Sementara anak tumbuh dan berkembang, produk bahasa mereka meningkat dalam kuantitas, keluasan dan kerumitannya. Mempelajari perkembangan bahasa biasanya ditujukan pada rangkaian dan percepatan perkembangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa sejak usia bayi dan dalam kehidupan selanjutnya.
Dalam membicarakan perkembangan bahasa terdapat 3 butir yang perlu dibicarakan, yaitu:
Pertama, Ada perbedaan antara bahasa dan kemampuan berbicara. Bahasa biasanya dipahami sebagai sistem tatabahasa yang rumit dan bersifat semantik, sedangkan kemampuan bicara terdiri dari ungkapan dalam bentuk kata-kata. Walaupun bahasa dan kemampuan berbicara sangat dekat hubungannya, keduanya berbeda.
Kedua, Terdapat dua daerah pertumbuhan bahasa yaitu bahasa yang bersifat pengertian/reseptif (understanding) dan pernyataan/ ekspresif (producing). Bahasa pengertian (misalnya mendengarkan dan membaca) menunjukkan kemampuan anak untuk memahami dan berlaku terhadap komunikasi yang ditujukan kepada anak tersebut. Bahasa ekspresif (bicara dan tulisan) menunjukkan ciptaan bahasa yang dikomunikasikan kepada orang lain.
Ketiga, Komunikasi diri atau bicara dalam hati, juga harus dibahas. Anak akan berbicara dengan dirinya sendiri apabila berkhayal, pada saat merencanakan menyelesaikan masalah, dan menyerasikan gerakan mereka.
Anak-anak secara bertahap berubah dari melakukan ekspresi suara saja lalu berekspresi dengan berkomunikasi, dan dari hanya berkomunikasi dengan menggunakan gerakan dan isyarat untuk menunjukkan kemauannya, berkembang menjadi komunikasi melalui ujaran yang tepat dan jelas.
Anak prasekolah biasanya telah mampu mengembangkan keterampilan bicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara, antara lain dengan bertanya, melakukan dialog dan menyanyi. Sejak anak berusia dua tahun anak memiliki minat yang kuat untuk menyebut berbagai nama benda. Minat tersebut akan terus berlangsung dan meningkat yang sekaligus akan menambah perbendaharaan kata yang telah dimiliki. Hal-hal di sekitar anak akan mempunyai arti apabila anak mengenal nama diri, pengalaman-pengalaman dan situasi yang dihadapi anak akan mempunyai arti pula apabila anak mampu menggunakan kata-kata untuk menjelaskannya. Dengan menggunakan kata-kata untuk menyebut benda-benda atau menjelaskan peristiwa, akan membantu anak untuk membentuk gagasan yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Melalui bahasa, pendengar/penerima berita akan mampu memahami apa yang dimaksudkan oleh pengirim berita. Anak-anak dapat menggunakan bahasa dengan ungkapan yang lain, misalnya bermain peran, isyarat yang ekspresif, dan melalui bentuk seni (misalnya menggambar). Ungkapan tersebut dapat merupakan petunjuk bagaimana anak memandang dunia dalam kaitan dirinya kepada orang lain.
Perkembangan Emosi dan Sosial
Perkembangan emosi berhubungan dengan seluruh aspek perkembangan anak. Setiap orang akan mempunyai emosi rasa senang, marah, jengkel dalam menghadapi lingkungannya sehari-hari. Pada tahapan ini emosi anak prasekolah lebih rinci, bernuansa atau disebut terdiferensiasi. Berbagai faktor yang telah menyebabkan perubahan tersebut. Pertama kesadaran kognitifnya yang telah meningkat memungkinkan pemahaman terhadap lingkungan berbeda dari tahapan semula. Imaginasi atau daya khayalnya lebih berkembang. Hal lain yang mempengaruhi perkembangan ini adalah berkembangnya wawasan sosial anak. Umumnya mereka telah memasuki lingkungan di mana teman sebaya mulai berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari. Tidak mengherankan bahwa orang berpendapat bahwa perkembangan umumnya hidup dalam latar belakang kehidupan keluarga, sekolah dan teman sebaya. Sementara itu perlu diketahui bahwa setiap anak sejak usia dini menjalin kelekatan dengan pengasuh pertamanya yang kemudian perlu diperluas hubungan tersebut apabila dunia lingkungannya berkembang. Anak-anak perlu dibantu dalam menjamin hubungan dengan lingkungannya agar mereka secara emosional dapat menyesuaikan diri, menemukan kepuasan dalam hidupnya, dan sehat secara fisik dan mental.
Masing-masing anak menunjukkan ekspresi yang berbeda sesuai dengan suasana hati dan dipengaruhi oleh pengalaman yang diperoleh sepanjang perkembangannya. Pada awal perkembangan anak, mereka telah menjalin hubungan timbal balik dengan orang-orang yang mengasuhnya. Kepribadian orang yang terdekat akan mempengaruhi perkembangan, baik sosial maupun emosional. Kerjasama dan hubungan dengan teman berkembang sesuai dengan bagaimana pandangan anak terhadap persahabatan.
Dalam periode prasekolah, anak dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan berbagai orang dari berbagai tatanan, yaitu keluarga, sekolah dan teman sebaya. Perkembangan kelekatan anak dengan pengasuh pertama ketika masih bayi adalah sangat penting dalam mengembangkan emosinya dalam tatanan lingkungan baik di dalam maupun di luar keluarga.
Perkembangan sosial biasanya dimaksudkan sebagai perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di dalam masyarakat di mana anak berada. Reaksi mereka terhadap rasa dingin, sakit, bosan atau lapar berupa tangisan (menangis adalah satu tanda dari tingkah laku sosialisasi), yang sulit dibedakan. Tetapi dengan berjalannya waktu para pengasuh dapat membedakan reaksi anak terhadap stimulinya. Pada usia sekitar 2 bulan anak mulai mampu ber-respons terhadap perlakuan orang lain dengan senyuman dan mampu meniru (imitasi) tingkah laku menjulurkan lidah atau menutup mata. Sekitar 6-8 bulan anak-anak mengembangkan kelekatan yang kuat dengan pengasuhnya memenuhi kebutuhan sehari-hari, biasanya orang tua mereka. Pada usia 2 tahun anak-anak mencoba memantapkan identitas dirinya dan selalu ingin menunjukkan kemauan dan kemampuannya dengan pernyataan ”inilah saya, saya bisa”. Tidak jarang pada saat tersebut anak dinilai sebagai anak yang keras kepala. Pada usia 3 tahun mereka mulai memantapkan hubungannya dengan anggota keluarga dan orang di luar keluarga. Mereka mulai mengembangkan siasat/strategi apa yang diinginkan dan melakukan identifikasi mengenai peran jenis kelamin (melakukan tingkah laku yang sesuai dengan jenis kelamin).
Tingkah laku sosialisasi adalah sesuatu yang dipelajari, bukan sekadar hasil dari kematangan. Perkembangan sosial seorang anak diperoleh selain dari proses kematangan juga melalui kesempatan belajar dari respons terhadap tingkah laku anak.
Diharapkan melalui kegiatan di kelas, anak prasekolah dapat dikembangkan minat dan sikap terhadap orang lain. Tatanan sosial yang sehat akan mampu mengembangkan perkembangan konsep dan yang positif, keterampilan sosial dan kesiapan untuk belajar secara formal. Di antara berbagai ragam kegiatan di kelas ini, bermain merupakan kegiatan yang sangat mendukung perkembangan anak.
Kemampuan sosialisasi anak adalah basil belajar, bukan sekadar hasil dari kematangan saja. Perkembangan sosial diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respons lingkungan terhadap anak. Perkembangan sosialisasi yang optimal diperoleh dari respons yang diberikan oleh tatanan kelas pada awal anak masuk sekolahyang berupa tatanan sosial yang sehat dan sasaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan konsep diri yang positif, keterampilan sosial dan kesiapan untuk belajar secara formal. Sementara itu kegiatan bermain juga mempunyai fungsi dalam mengembangkan aspek sosial anak.
Masalah sosial dan emosional yang sering muncul pada anak usia sekolah antara lain adalah:
- Rasa cemas yang berkepanjangan atau takut yang tidak sesuai dengan kenyataan.
- Kecenderungan depresi, permulaan dari sikap apatis dan menghindar dari orang-orang di lingkungannya.
- Sikap yang bermusuhan terhadap anak dan orang lain.
- Gangguan tidur, gelisah, mengigau, mimpi buruk.
- Gangguan makan, misalnya nafsu makan sangat menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Kellog, R, 2010, Understanding Children’s Art.
Piaget, K.D., & Bracken, B.A. (2017). The Psycho Educational Asessment of Preschool Children. U.S.A.: The Psychological Corporation Harcourt Brace Jovanovich, Inc.