Menjaga Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja
- oleh dinsos@kulonprogokab.go.id
- 15 Maret 2023 12:55:47
- 353 views

MENJAGA KESEHATAN JIWA ANAK DAN REMAJA
Oleh:
Bisri Mustofa, S.Sos, M.IP dan Fitri Wulandari, S.Psi
Penyuluh Sosial pada Dinsos PPPA Kabupaten Kulon Progo
Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Tumbuh-kembang merupakan proses yang dinamik sepanjang kehidupan manusia. Perubahan yang terjadi pada satu fase menjadi dasar perkembangan pada fase berikutnya. Pertumbuhan dan perkembangan yang paling mencolok terjadi pada masa kanak- kanak dan remaja.
Tumbuh diuraikan sebagai peningkatan dalam ukuran, seperti tinggi dan berat badan atau tiap bagian tubuh. Pertumbuhan dapat diukur secara kuantitatif dengan menggunakan satuan kilogram atau sentimeter. Pertumbuhan mulai terjadi sejak fase konsepsi, yaitu sejak pertemuan antara sel telur dan sperma. Pertumbuhan individu sangat bergantung pada sifat genetik yang diturunkan. Kendati potensi untuk tumbuh bergantung pada sifat dan pola tumbuh-kembang, juga dipengaruhi oleh lingkungan, khususnya pengaruh perhatian dan kasih sayang yang membantu meningkatkan kesehatan. Malnutrisi (kekurangan gizi) atau penganiayaan fisik atau emosional, sangat memengaruhi pertumbuhan seseorang.
Kembang adalah peningkatan fungsi dan keterampilan yang bersifat kompleks. Perubahan yang terjadi bersifat kualitatif, yaitu berupa perubahan psikososial, kognitif, atau fungsi moral. Misalnya, perubahan minat sosial anak dari keluarga ke dunia di luar lingkungan keluarga, pada dasarnya mencerminkan suatu perkembangan. Perkembangan lebih sulit diukur daripada mengukur pertumbuhan karena lebih kompleks dan abstrak. Maturasi juga sering digunakan untuk menguraikan perubahan kualitatif, walaupun maturasi dan pertumbuhan tidak sama, karena maturasi menggambarkan perbedaan atau peningkatan kompleksitas kemampuan yang bertambah sesuai dengan usia, sedangkan perkembangan menunjukkan perubahan bertahap dari kemampuan seseorang.
Prinsip Tumbuh-Kembang
Ada beberapa prinsip tumbuh-kembang yang berguna sebagai landasan dalam menafsirkan perubahan yang terjadi sejak lahir hingga lanjut usia (lansia).
Prinsip tumbuh-kembang yang perlu dipahami agar dapat menjalankan perannya dengan baik terutama bagi anak dan remaja adalah sebagai berikut.
Pertama, Tumbuh-kembang terjadi secara teratur dan berurutan. Proses maturasi dapat diramalkan dan mengikuti urutan perubahan yang universal. Pertumbuhan yang sangat pesat terjadi selama satu tahun pertama, kemudian menjadi lebih lambat selama pertengahan dan akhir masa kanak-kanak, gigi menjadi ompong pada pertengahan masa kanak-kanak, dan karakteristik seks sekunder berkembang lebih pesat pada awal masa remaja. Walaupun mulainya lama dan pengaruh setiap fase berbeda bagi setiap anak, tetapi urutan perkembangan pada dasarnya sama pada semua anak.
Kedua, Tumbuh-kembang dipengaruhi oleh lingkungan sosioekonomi. Keluarga, teman sebaya, dan masyarakat menciptakan suasana sosial dan emosional bagi anak. Struktur keluarga dan masyarakat berbeda pada satu tempat dan tempat lain. Begitu pula adat istiadat, peraturan, institusi, ekonomi, nilai, harapan, dan sumber. Perilaku yang dipelajari oleh anak berbeda karena perbedaan norma sosial dari satu tempat ke tempat lain.
Ketiga, Kecepatan tumbuh-kembang spesifik. Walaupun tumbuh-kembang berlangsung secara berkesinambungan, tetapi tidak terjadi secara bersamaan. Tiap sistem tubuh mempunyai ketentuan waktu untuk penambahan ukuran, berat, dan fungsi maturitas. Misalnya, sistem saraf dan kardiovaskular berkembang lebih awal daripada sistem reproduktif atau kekebalan tubuh. Begitu pula perubahan pada penampilan, perilaku, dan keterampilan tidak sama pada setiap individu. Oleh karena kecepatan tumbuh-kembang tiap individu bersifat unik, kita perlu memerhatikan perilakunya secara menyeluruh dan tidak hanya terpusat pada satu aspek perkembangan atau pada keterampilan spesifik saja.
Keempat, Tumbuh-kembang terjadi dengan arah sefalokaudal dan proksimodistal. Daerah kepala berkembang lebih dahulu daripada bagian torso, kemudian diikuti perkembangan pada tungkai dan kaki. Sejak lahir kepala bayi tampak besar, yaitu seperempat dari panjang tubuh bayi. Gerakan terkendali dimulai dari daerah pusat tubuh hingga gerakan terkendali yang jauh dari sumbu tubuh. Bayi dapat berguling lebih dahulu daripada keterampilan memegang sesuatu dengan jarinya.
Kelima, Tumbuh-kembang makin dapat dibedakan. Dalam semua aspek perkembangan, kemajuan bergerak dan respons yang bersifat umum mengarah pada respons yang lebih spesifik. Respons dini bayi terhadap stimulus melibatkan kegiatan seluruh tubuh. Bayi yang baru lahir menangis dengan menggerakkan seluruh bagian tubuhnya. Anak yang lebih tua menangis hanya dengan mata dan wajahnya.
Keenam, Tumbuh-kembang makin terintegrasi dan berkesinambungan. Perilaku berkembang dari yang sederhana ke perilaku yang lebih kompleks sesuai dengan keterampilan baru dan terpadu dengan keterampilan yang dipelajari sebelumnya untuk mencapai tugas yang lebih sulit. Prinsip ini menekankan pada gambaran perkembangan menyeluruh sebagai suatu proses yang kompleks, multidimensional, dan berlangsung secara berkesinambungan.
Untuk memahami tumbuh-kembang pada manusia yang meliputi aspek fisik, psikososial, dan moral spiritual perlu dipelajari tentang tahap tumbuh-kembang.
Tahap Tumbuh-Kembang
Tumbuh-kembang pada manusia yang terjadi sepanjang kehidupan terdiri atas beberapa tahap yang berkesinambungan yang mencakup masa neonatus, bayi, todler, prasekolah, sekolah, remaja, dewasa muda, tengah baya, dan dewasa tua atau lansia. Tahap tumbuh-kembang berikut ini akan ditinjau dari aspek tumbuh-kembang fisik dan perkembangan psikososial. Aspek perkembangan psikososial meliputi perkembangan emosional dan sosial, kognitif, serta moral.
Neonatus (Lahir-4 Minggu)
Tumbuh-kembang fisik neonatus ditandai dengan menangis, bernapas dengan cepat dan tidak teratur, nadi cepat, tonus otot kuat, bereaksi terhadap stimulasi, dan warna kulit merah muda. Kepala tampak besar dibandingkan dengan badan, wajah bulat dengan tumpukan lemak pada pipi dan rahang bawah, dan dada berbentuk silinder dengan kaki yang tampak pendek jika diperhatikan dalam proporsi tubuh secara keseluruhan. Selama empat minggu pertama kehidupan, berat badan neonatus bertambah 0,5-0,7 kg dengan panjang badan bertambah lebih kurang 2,5 cm dari ukuran ketika baru lahir.
Walaupun pada dasarnya perkembangan psikososial neonatus bersifat unik, tetapi secara umum ditandai dengan ketergantungan pemenuhan kebutuhan yang sangat tinggi terhadap kasih sayang, kehangatan, kebersihan, makan minum, dan perlindungan. Neonatus bergantung pada orang lain bukan saja untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi juga bergantung pada orang lain untuk menafsirkan kebutuhannya. Neonatus juga membangkitkan perilaku kasih sayang orang tua sehingga terjalin hubungan saling membutuhkan. Rasa keterikatan emosional dipengaruhi oleh kondisi kesehatan neonatus dan orang tua, kemampuan sensorimotorik dan respons, harapan sosial budaya, harapan orang tua, keadaan ekonomi, dan kemampuan serta kesediaan orang tua untuk menentukan kebutuhan dan isyarat yang diekspresikan oleh neonatus. Isyarat yang dikirimkan neonatus merangsang respons yang sesuai dari orang lain. Perkembangan kognitif neonatus pada dasarnya masih bersifat sensorimotorik, yaitu gerakan seperti mengisap dan memegang sesuatu.
Bayi (1-12 Bulan)
Tumbuh-kembang tercepat terjadi pada masa bayi yang terlihat melalui peningkatan kendali motorik yang mengikuti prinsip tumbuh-kembang, yaitu pola sefalokaudal dan proksimodistal. Bayi dapat mengendalikan kepalanya pada usia 3 bulan, mengendalikan torso usia 6 bulan, pengendalian terhadap tungkai pada usia 9 bulan. Koordinasi mata-tangan sehingga bayi dapat mengambil dan memegang sesuatu pada usia 6 bulan. Begitu juga pada usia yang sama sudah dapat berguling yang selanjutnya secara bertahap belajar berjalan pada usia sekitar 12 bulan.
Perkembangan psikososial pada bayi melibatkan semua aspek utama perkembangan yang penting untuk proses maturasi pada tahap yang lebih lanjut, yaitu perkembangan emosi, kognitif, dan moral. Perkembangan emosional merupakan kelanjutan pembinaan rasa percaya versus rasa tidak percaya yang telah dimulai sejak masa neonatus. Penyelesaian tahap ini sangat menentukan bagaimana individu menyelesaikan tahap tumbuh-kembang selanjutnya. Pada tahun pertama kehidupannya, bayi bergantung pada orang tua dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis maupun psikologisnya. Pemenuhan terhadap kebutuhan tersebut diperlukan bayi untuk mengembangkan perasaan percaya melalui sikap orang tua yang, secara konsisten berespons terhadap kebutuhan bayi:
- membuat lingkungan yang aman melalui rutinitas,
- peka terhadap kebutuhan bayi dan pemenuhan kebutuhan secara terampil dan sesegera mungkin.
Pada usia 7 hingga 9 bulan, bayi mulai menyadari bahwa dirinya merupakan bagian terpisah dari orang tuanya. Bayi akan menangis jika dipisahkan dari orang tua atau pengasuhnya. Harga diri terbentuk melalui kegiatan fisik dan reaksi orang lain terhadap bayi.
Todler (1-3 Tahun)
Pada masa ini, anak mulai mengembangkan kemandiriannya dengan lebih memahirkan keterampilan yang telah dipelajarinya ketika masih bayi, seperti berjalan, berbicara, dan menyuap makanan sendiri. Keseimbangan tubuh sudah lebih berkembang terutama dalam berjalan yang sangat diperlukan untuk menguatkan rasa otonomi untuk mengendalikan kemauannya sendiri. Tumbuh-kembang yang paling nyata pada tahap ini adalah kemampuan untuk mengeksplor dan memanipulasi lingkungan tanpa bergantung pada orang lain. Tampak saling keterkaitan antara perkembangan dan pertumbuhan fisik dengan psikososial.
Tubuh anak tampak berbeda dibandingkan waktu bayi. Bayi mempunyai torso tubuh yang lebih panjang daripada anggota tubuh, sedangkan todler mempunyai tungkai yang lebih panjang. Berat badan biasanya naik secara perlahan. Todler juga belajar mengendalikan defekasi dan berkemih menjelang usia tiga tahun.
Sangat penting memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan keterampilan motorik seperti mencoba untuk minum dari gelas atau menggunakan sendok untuk makan yang diperlukan untuk mendukung kemandirian anak.
Perkembangan aspek sosial dan emosional ditekankan pada pengembangan pola otonomi versus malu dan ragu-ragu. Todler meniru perilaku orang dewasa yang menjadi contoh perannya. Sebagai orang tua, kita harus cukup fleksibel dan rasa percaya diri untuk memberi kebebasan dalam batasan yang aman bagi anak untuk mengeksplor dan mengujicobakan perilaku yang diperlukan untuk meningkatkan kemandirian anak. Todler juga belajar menoleransi frustrasi sampai batas tertentu, dan biasanya masih mengalami kesulitan untuk menentukan pilihan kegiatan. Mereka juga sudah dapat mengidentifikasi dirinya sebagai anak laki atau wanita dan meniru perilaku orang tua sejenis.
Perkembangan kognitif ditunjukkan melalui rasa ingin tahu tentang diri mereka sendiri. Kebiasaan dan rutinitas menimbulkan rasa aman bagi anak, kemampuan berbahasa juga menjadi lebih baik dan mulai mengerti konsep waktu dan berespons jika disuruh menunggu. Anak mulai mengerti baik dan buruk dan mencoba untuk mematuhi orang tua untuk mendapatkan persetujuan dan menghindari hukuman.
Pra-sekolah (3-5 Tahun)
Anak prasekolah telah menguasai keterampilan motorik kasar dan halus, serta sudah mengembangkan kemampuan berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal. Selama tahap ini, anak terus menghaluskan keterampilannya dan belajar keterampilan lain dalam persiapannya agar dapat meluaskan dunianya ke lingkungan tetangga dan sekolah. Anak prasekolah memfokuskan pengembangan kemampuan motorik halus melalui gerakan, seperti menggunakan pensil dan menggambar. Bermain bersama teman sebaya merupakan media pengembangan keterampilan fisik dan sosial yang paling baik bagi anak pra-sekolah.
Menurut teori Erikson, pada tahap pra-sekolah, anak mengembangkan inisiatif versus rasa bersalah setelah berhasil menanamkan rasa percaya dan otonomi yang berkembang pada tahap sebelumnya. Inisiatif dapat berkembang jika anak merasa aman psikososial melalui interaksi yang sesuai dengan orang tuanya. Karena rasa ingin tahu yang besar, anak cenderung bertanya mengapa dan merasa lebih yakin akan kemampuannya menoleransi perpisahan dengan orang tuanya. Anak lebih mampu bersosialisasi dan lebih stabil mood-nya. Pada masa ini, anak tidak mampu membedakan antara kenyataan dengan fantasi dalam semua situasi. Hal ini sangat penting diketahui karena jika anak berperilaku tidak baik, orang tua perlu menekankan pada anak bahwa perilaku mereka yang tidak disukai bukan dirinya. Jika tidak, anak akan mempersepsikan bahwa karena mereka melakukan sesuatu yang tidak baik, diri mereka juga berarti tidak baik. Permainan yang memfasilitasi interaksi sangat penting untuk mengembangkan kemampuan bermain bersama, rasa toleransi, dan menanamkan sifat-sifat baik.
Kemampuan kognitif terlihat melalui pemikiran magis dan cara berpikir yang konkret. Anak pra-sekolah masih terbatas kemampuan menentukan ukuran, bentuk, volume, usia, dan waktu. Mereka biasanya mengulangi perilaku yang memuaskan dirinya dan orang yang berarti bagi dirinya, serta sudah tidak terlalu bergantung pada orang tua untuk membatasi perilakunya.
Usia Sekolah (5-12 Tahun)
Anak usia sekolah sudah mengembangkan kekuatan internal dan tingkat kematangan yang memungkinkan mereka untuk bergaul di luar rumah. Tugas perkembangan utama pada tahap ini adalah menanamkan interaksi yang sesuai dengan teman sebaya dan orang lain, meningkatkan keterampilan intelektual khususnya di sekolah, meningkatkan keterampilan motorik halus, dan ekspansi ketrampilan motorik kasar. Pertumbuhan fisik dengan pesat mulai melambat pada usia 10 hingga 12 tahun. Bentuk wajah berubah karena tulang wajah tumbuh lebih cepat daripada tulang kepala. Anak usia sekolah menjadi lebih kurus, kakinya lebih panjang, koordinasi neuromotorik lebih berkembang. Gigi tetap mulai tumbuh. Ketrampilan bersepeda, memainkan alat musik, menggambar/melukis, serta ketrampilan lain yang diperlukan untuk kegiatan kelompok serta kegiatan hidup sehari-hari sudah berkembang.
Untuk perkembangan emosional dan sosial, anak usia sekolah perlu diberikan kesempatan untuk belajar menerapkan peraturan dalam berinteraksi dengan orang lain di luar keluarga. Anak juga mengamati bahwa tidak semua keluarga berinteraksi dengan cara atau sikap yang sama bahwa tiap keluarga mempunyai perbedaan norma tentang perilaku yang diterima atau tidak diterima. Oleh karena itu, perlu bagi anak untuk mengembangkan kesadaran dan penghargaan terhadap perbedaan tiap keluarga sehingga dapat berhubungan dengan orang lain secara efektif. Menurut Erikson, tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengembangkan pola industri (produktif) versus inferioritas (rendah diri). Orang tua perlu mendukung dan menjadi contoh peran bagi anak untuk merangsang anak agar produktif. Perkembangan seksual dan citra diri tidak hanya berhubungan dengan aspek fisiologis, tetapi juga perasaan kompeten, penerimaan, dan penghargaan. Perasaan berhasil melakukan sesuatu menjadi sangat penting dalam proses tumbuh-kembang anak usia sekolah. Mereka juga telah memahami konsep gender bahwa anak laki akan menjadi bapak dan anak wanita akan menjadi ibu kalau sudah dewasa.
Perkembangan kognitif terjadi cukup pesat pada masa ini, yaitu menerapkan ketrampilan merasionalisasikan pemahaman tentang ide atau konsep. Mereka dapat menghubungkan antara konsep waktu dan ruang, mampu mengingat, serta keterampilan mengumpulkan benda yang sejenis. Anak usia sekolah juga telah belajar pentingnya memerhatikan norma di rumah, sekolah, agama, dan menghargai tokoh otoriter, seperti orang tua atau guru.
Remaja (12-18 Tahun)
Pertumbuhan fisik terjadi dalam waktu yang sangat singkat, yaitu dalam 18 hingga 36 bulan dan selesai selama masa pubertas. Remaja putri tingginya bertambah 5 cm sampai 20 cm dan berat bertambah 7 kg hingga 25 kg yang dialami 2 tahun lebih awal daripada remaja putra. Pengaruh hormonal pada pertumbuhan dan perubahan fisik remaja sangat nyata terutama pada fungsi seksual atau karakteristik seks sekunder. Pertumbuhan reproduktif berakhir pada usia 17 tahun.
Kelompok sebaya memberi pengaruh utama dalam kehidupan remaja. Remaja menjadi lebih mandiri dan sering kali merasa bingung dengan perilaku orang tuanya. Tugas psikososial pada masa ini adalah mengembangkan identitas kelompok dan rasa identitas pribadi dan menjalin hubungan personal yang akrab, baik dengan teman pria maupun teman wanita yang disebut oleh Erikson sebagai identitas versus kerancuan identitas. Biasanya remaja dipenuhi oleh pertanyaan tentang arti kehidupan dan masa depan. Proses pengembangan identitas diri merupakan fenomena yang kompleks yang mencerminkan keturunan, nilai keluarga, pengalaman kehidupan masa lalu, keyakinan, dan harapan untuk masa depan, serta persepsi mereka tentang tuntutan dan harapan orang yang berarti dalam kehidupannya.
Memberi kesempatan untuk berperilaku seperti orang dewasa, antara lain, mengasuh, berpacaran, atau meninggalkan rumah untuk sekolah di luar kota memungkinkan remaja untuk menelaah tanggung jawab dan peran orang dewasa. Pengarahan orang tua dalam menentukan alternatif dan membuat keputusan yang logis dalam menyelesaikan masalah, sangat penting bagi remaja. Orang tua perlu memahami konflik yang pada umumnya dialami remaja, yaitu konflik antara keinginan untuk menunjukkan identitas dirinya melalui kemandirian dengan perasaan masih bergantung pada orang tua. Dalam hal ini, komunikasi yang terbuka antara remaja dan orang tua menjadi sangat penting.
Dalam perkembangan kognitifnya, remaja mampu berpikir rentang cara mengubah masa depan dan mampu mengantisipasi konsekuensi dari tiap perilaku mereka, serta dapat melihat hubungan abstrak antara diri mereka dan lingkungannya. Dari segi moral, remaja biasanya mulai menentang nilai-nilai tradisional dan mencoba mengkajinya secara logis.