Keteraturan dan Tidak Keteraturan dalam Perkembangan Anak

Keteraturan dan Tidak Keteraturan dalam Perkembangan Anak

Oleh: Bisri Mustofa, S.Sos, M.IP

Penyuluh Sosial Muda pada Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Kabupaten Kulon Progo

 

Umumnya guru mempunyai kecenderungan memperlakukan anak didiknya sebagai anak yang memiliki kemampuan rata-rata atau sedikit di atas rata-rata. Walaupun pada umumnya kecenderungan dari sikap tersebut dapat diterima, tetapi dalam beberapa hal kurang dapat diterima. Pada kenyataannya ada anak yang menyimpang dari kondisi rata-rata, dan tentunya program pendidikan untuk mereka sebaiknya berbeda dari yang diperuntukkan anak yang rata-rata. Perbedaan yang ada di antara anak-anak adalah dalam budayanya, bahasa, kelas, sosial, dan perbedaan atau kelainan yang ditemukan.

 

Perbedaan Budaya

Budaya adalah sejumlah sikap dan tingkah laku yang telah di­pelajari dan dimiliki oleh sekelompok orang. Setiap kelompok manusia di dalam suatu masyarakat mempunyai nilai budaya yang khas sifatnya.

Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan masing-masing suku bangsa memiliki ciri budaya yang dalam beberapa hal berbeda satu sama lain. Walaupun semuanya orang Indonesia, namun antara satu suku bangsa dengan yang lain tetap ada perbedaannya. Guru harus peka terhadap kondisi murid-murid yang mungkin berasal dari budaya yang berbeda, misalnya ada anak Timor yang berada di antara anak Jawa. Anak yang berada dalam budaya yang sama akan mengembangkan keterampilan bersosialisasi dengan lebih baik, sebaiknya bila seseorang berada dalam lingkungan yang berbeda, anak akan lebih baik dalam keterampilan intelektualnya.

 

Perbedaan Bahasa

Apabila anak berbeda dalam budayanya seringkali antarmereka juga memiliki penguasaan bahasa yang dipergunakan secara berbeda pula. Misalnya ada anak yang memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang berbeda, mungkin datang dari daerah atau dari luar negeri. Mungkin seorang anak akan menjadi malu atau terhambat sosialisasinya yang disebabkan kemampuan berbahasa yang berbeda. Guru sebaiknya peka terhadap kondisi tersebut.

 

Perbedaan Kelas Sosial Ekonomi

Perbedaan kelas sosial ekonomi seringkali mengakibatkan terjadi­nya kegagalan dalam prestasi akademi. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa ada perbedaan yang berarti dalam tugas intelektual dan akademik antara anak yang berasal dari keluarga yang kurang beruntung dibanding­kan dengan yang lebih beruntung.

Gunarsa (2016) yakin bahwa perbedaan tersebut di atas bukan diakibatkan faktor bawaan dan pengaruh lingkungan dapat memperbaiki kondisi anak.

Perkembangan Anak dan Kurikulum

Selama dalam pendidikan prasekolah dan Sekolah Dasar, anak-anak memiliki banyak kesempatan untuk mengembangkan berbagai kegiatan jasmani. Pada usia 3 tahun anak mampu melakukan berbagai gerakan yang telah mantap, seperti berlari dan melempar. Baik orang tua maupun guru perlu memberikan kesempatan berbagai kegiatan yang aman bagi mereka, tetapi jangan terlalu mengharapkan suatu penguasaan gerakan di luar kemampuan anak. Anak-anak yang berusia 4 dan 5 tahun meskipun sudah mampu duduk diam untuk waktu yang singkat misalnya untuk mendengarkan cerita, mereka tetap masih membutuhkan latihan gerakan sehingga anak-anak ini tidak terlalu banyak duduk.

Dalam merancang pendidikan untuk anak, para orang tua dan guru perlu berpikir, sebaiknya agar tidak terlalu banyak menuntut keterampilandi luar kemampuan anak. Anak usia prasekolah belum terampil melakukan kegiatan jasmani yang disertai aturan-aturan, anak-anak masih sering mengalami kegiatan jasmani yang disertai aturan-aturan anak-anak masih sering mengalami kesulitan. Setiap hari anak-anak membutuhkan latihan kegiatan jasmani yang disertai kebugaran dan aktivitas yang tinggi, tetapi saat iui justru ada kecenderungan anak lebih banyak melakukan kegiatan pasif seperti menonton televisi atau duduk diam di bangku atau kursi.

Berbagai saran akan membantu para orang tua dan guru guna merencanakan kegiatan yang mendorong perkembangan jasmani anak-anak yaitu:

- Setiap hari berikan kesempatan kepada anak untuk bermain di halaman atau di luar rumah.

- Pastikan bahwa anak mempunyai kesempatan bermain dengan bola, dan alat-alat lain yang merangsang anak untuk bergerak. Bola yang disediakan sebaiknya dalam berbagai ukuran dan berat. Melalui bermain dengan bola, anak belajar bagaimana melempar, menendang atau menangkap.

- Untuk anak yang masih muda berikan alat yang dapat diletakkan di luar ruang seperti jungkat-jungkit, tangga, perosotan, dan terowongan. Sedangkan untuk anak yang lebih besar perlu diberikan papan keseimbangan dan berbagai alat untuk dipanjat.

- Pada saat anak berusia 5 tahun, perlu diberikan kesempatan bermain lompat tali, hula hoop untuk melatih gerakan-gerakan dan kontrol tubuh.

- Banyak sekali kegiatan gerakan motorik halus untuk belajar mengontrol otot misalnya: menggambar, menggunting, menempel, meronce, menjahit dan memasukkan pasak-pasak.

Seorang anak yang berada pada tahapan sensorimotor membutuhkan berbagai pengalaman dengan menyentuh, memegang. meraba, mencicipi, dan melakukan eksplorasi. Misahnya anak usia bayi yang baru saja menemukan alat permainan yang baru akan melakukan eksplorasi dengan alat mainan tersebut. Cara anak melakukan eksplorasi antara lain dengan cara menggoyang-goyangkan, memukul-mukulkan mainan ke lantai, menggelindingkan atau memasukkan mainan tersebut ke dalam mulut. Tingkah laku eksplorasi adalah cara anak mengenal suatu benda atau mainan yang baru.

Pada tahapan praoperasional kemampuan berbahasa sangat cepat berkembang. Anak juga mulai mampu melakukan pengelompokan (berdasarkan ukuran, bentuk, warna) dan melakukan seriasi (urutan berdasarkan ukuran, nuansa warna atau suara). Berikan kepada anak sejumlah keping-keping dengan beraneka bentuk, ukuran dan warna. Doronglah anak untuk mengelompokkan keping-keping tersebut berdasar­kan warna, akuran atau bentuk.

Munandar (2017) menyarankan guna mendorong kemampuan berpikir anak; sebaiknya guru merancang suatu kegiatan yang memungkinkan masing-masing anak mendapat kesempatan khusus untuk melakukan penyelesaian masalah: menentukan atau memutuskan sendiri kegiatan mana yang dipilih serta memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih cara menyelesaikan lain.

Bahasa dan berpikir sangat berkaitan satu sama lain. Pemikir yang sedang dalam tahapan praoperasional dapat didorong tmtuk melakukan diskusi berkenaan pendapat masing-masing anak. Dengan demikian cara berpikir dengan pola egosentris sedikit demi sedikit akan berkurang. Pada tahapan ini anak-anak dapat mulai mengenal bilangan asal semuanya disajikan secara nyata bukan dengan simbol-simbol. Anak pada tahapan ini dapat memahami konsep lebih besar, sama atau lebih kecil apabila mereka dihadapkan dengan benda yang dapat dilihat dan anak dapat menyentuh atau memegang dan membandingkankan satu dengan lainnya. Dalam tahap ini anak dapat belajar arti sebab akibat apabila mereka mendapat kesempatan untuk melakukan percobaan secara nyata. Contohnya: Apa yang terjadi apabila tanaman tidak disiram (cara menunjukkan kepada anak: tanaman selama tidak disiram); apa yang terjadi apabila beberapa warna dikombinasikan (cara menunjukkan kepada anak: air dengan berbagai warna dicampur).

 

 DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, S.D, 2016, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Munandar, 2017, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta: PT Gramedia.